Fa ayna tadz
habun? Dalam bahasa Arab ditulis begitu. Dalam bahasa Inggris ditulis, “Where
are you going?” Bade angkat kamana? Ngendi sampeyan arep? Dalam bahasa Sunda,
Jawa, Ngapak, Bugis, dll, kalian lebih tahu bagaimana menulisnya--karena sy ini
tahunya bahasa Melayu.
Kemana kamu
pergi? Itu seharusnya menjadi pertanyaan dari kita semua. Lahir, kanak-kanak,
remaja, dewasa, tua, kemudian mati. Siklus hidup ini terus berputar dari
manusia pertama hingga kelak manusia terakhir menginjakkan kakinya di alam
semesta. Tidak ada yang bisa meghindari siklus ini, bahkan ada yang lebih
pendek, tidak sempat remaja, dewasa dan atau tua. Ada yang sangat panjang, tua,
tua, tua, baru mati.
Dan sebagaimana
sebuah pertanyaan serius dengan jawaban mutlak, maka jawaban pertanyaan ini
hanya satu. Tidak bisa lebih dari itu. Tidak bisa jawabannya A, B, dan C. Tidak
bisa A versi 1, A versi 2. Kemana kamu akan pergi? Hanya ada satu jawaban
paling pamungkas, paling dominan, dan paling unggul. Tidak menyisakan jawaban
lainnya. Mau kita membantahnya, mau pemikiran dan pemahaman kita sampai atau
tidak, jawabannya mutlak satu. Kemana kamu akan pergi?
Tapi kabar
baiknya, sekaligus yang membuat urusan ini menjadi sangat menarik, proses
menuju jawaban yang satu ini bisa banyak. Seperti hitung2an matematika. Kemana
kamu akan pergi? Jika jawaban mutlaknya adalah angka 100. Maka proses menuju
angka 100 ini bisa berbeda-beda bagi setiap orang. Ada yang singkat 20+80,
dapat 100. 90+10, dapat 100, ada pula yang berliku
10+10+10+10+10+10+10+10+10+10, juga dapat 100, ada yang lebih panjang lagi
1+1+1 .... +1, dapat 100. Dan jangan lupa, ada yang tidak pakai tambah,
melainkan pengalian 10x10, dapat 100. Pun ada yang pakai pengurangan 900-800,
juga dapat 100. Semua variasi jalan bisa digunakan untuk menuju angka mutlak
tersebut.
Begitulah dalam
hidup ini. Kemana kamu akan pergi? Aduh, itu sungguh cuma 1 jawabannya.
Absolut. Tidak terbantahkan. Tapi proses menuju kesana, kita semua bisa memilih
jalan atau rumus yang berbeda. Ada yang menjadi guru, dokter, insinyur, ada
yang pengusahan, karyawan, buruh, ada yang kaya, miskin, ada yang cepat, ada
yang lambat. Ada yang menjadi ibu rumah tangga, ada yang jadi wanita karir. Ada
yang jomblo, ada yang menikah berkali2. Ada yang punya anak banyak, ada yang
ditakdirkan tidak punya anak. Jalan hidup kita semuanya berbeda-beda, tapi
ketahuilah, tujuan mutlak kita sama.
Pernahkah kita
memikirkan soal ini? Kemana kita akan pergi? Jika belum, pikirkanlah. Hidup ini
singkat saja sejatinya. Yang hari ini usianya 15 tahun, bukankah baru kemarin
kita masih SD? Tiba2 sudah mau SMA. Yang hari ini usianya 20 tahun, bukankah
baru kemarin kita lulus SMP? Sekarang sudah kepala dua umurnya. Yang usianya
30, 40, bukankah baru kemarin kita masih kanak-kanak. Waktu melesat cepat tak
terasa. Kemana sih kita akan pergi? Apakah kesibukan setiap hari, belajar,
pekerjaan, aktivitas, dll, dll adalah proses panjang menuju jawaban mutlak
tersebut? Apakah hari demi hari telah kita jalani dengan kesadaran penuh bahwa
di titik absolut itulah kita akan tiba. Mau siap atau tidak siap, my dear, kita
pasti tiba di tujuan tersebut.
Fa ayna tadz
habun? Dalam bahasa Arab ditulis begitu. Dan kalimat ini tidak pernah
sesederhana itu. Jika kalian muslim, kalimat ini ada di kitab suci, Al Qur’an.
Ditulis dalam ayat yang berdiri sendiri. At Takwir, 26. Kita semua ditanya:
“Kemana kamu pergi?”
Jawablah dalam
proses kehidupan masing2. Pilihan2 yang kita buat. Kelok dan liku yang akan
kita jalani. Siapa bilang prosesnya akan mudah. Berkali2 kita akan ketemu
persoalan yang rumit. Berkali2 kita akan terantuk masalah. Tapi terus fokus
pada tujuan. Hiasilah hidup kita dengan ahklak terpuji dan kebermanfaatan, maka
proses menuju jawaban mutlak ini sungguh akan begitu spesial.
*Tere Liye
Cr: FB Tere Liye
Tidak ada komentar:
Posting Komentar