A. Biografi
Anies Baswedan
Namanya Anies
Rasyid Baswedan Ph.D. Ia lahir di Kuningan, Jawa Barat 7 Mei 1969. Anies
Baswedan merupakan cucu dari AR Baswedan, pejuang pergerakan nasional yang
pernah jadi Menteri Penerangan masa awal kemerdekaan Indonesia. Beliau anak
pertama Drs. Rasyid Baswedan (Dosen Fak Ekonomi UII) dan Prof. Dr. Aliyah
Rasyid (Dosen Fak Ilmu Sosial, UNY). Pendidikan
Anies Baswedan dimulai dari TK Masjid Syuhada dan melanjutkan ke SD Laboratori,
Yogjakarta. Selulus dari SMP Negeri 5 Yogjakarta, Anies Baswedan melanjutkan
pendidikannya ke SMA 2 Yogjakarta, beliau terpilih sebagai ketua OSIS di
sekolahnya. Selama menempuh pendidikan menengah atas ini, beliau sempat
terpilih untuk mengikuti program pertukaran pelajar sisa Indonesia-Amerika yang
diselenggarakan AFS[1],
1 tahun SMA-nya di Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat (1987-1988). Beliau kemudian
melanjutkan kuliah di UGM.
Pada 2007, Anies
Baswedan menjadi rektor termuda di Indonesia (38 tahun) saat terpilih sebagai
Rektor Universitas Paradima[2].
Aines Baswedan menggagas Paradima Fellowship[3].
Program ini merekrut anak-anak terbaik dari mana saja untuk berkuliah di
Universitas Paradima secara gratis. Anies Baswedan juga menggagas pengajaran
anti korupsi dengan membuat mata kuliah wajib Anti korupsi. Sebelum menjabat
sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan sudah cukup dikenal
oleh masyarakat. Beliau adalah salah satu tokoh yang sangat peduli terhadap
masa depan republik ini. Melalui buku
berjudul “Merawat Tenun Kebangsaan”, Anies Baswedan telah menuangkan
gagasannya terkait persoalan yang sedang dihadapi republik ini. Ada tiga isu
besar yang ia tuangkan dalam karya barunya, yaitu masalah kepemimpinan,
demokrasi dan terakhir pendidikan. Terkait persoalan kepemimpinan, Anies
Baswedan mengatakan bahwa negeri ini butuh pemimpin yang siap untuk
“lecet-lecet” melawan status quo[4]
yang merugikan rakyat, berani bertarung melunasi semua janjinya[5].
B. Latar Belakang Pemikiran Anies Baswedan
Konsep pemikiran
Anies Baswedan dilatarbelakang dari masalah bagaimana caranya agar pendidikan
dapat merata ke pelosok nusantara. Setelah melakukan perenungan maka lahirlah
ide gerakan Indonesia Mengajar. Menurut Anies, pendidikan adalah kunci untuk
meraih perubahan. Pendidikan di Indonesia punya banyak pekerjaan rumah, mulai
dari perbaikan nasib guru, perbiakan kualitas guru, dam perbaikan kualitas
kepemimpinan kepala sekolah. Bagi Anies hal terpenting sebelum itu adalah
memberikan pendidikan berkualitas kepada setiap warga negara Indonesia baik
yang kaya dan miskin, di kota dan desa, pemeluk agama dari suku manapun, serta
yang tinggal di provinsi mana saja tanpa terkecuali. Anies percaya bahwa SDA
bukanlah kekayaan utama Indonesia. Kekayaan bangsa indonesia terletak pada
manusia Indonesia itu sendiri. Jika manusia terdidik, tercerdaskan, dan
tercerahkan, maka orang Indonesia akan sejahtera dan dapat mendominasi dunia[6].
Gerakan Indonesia
Mengajar diinspirasi proses panjang yang dibangun Anies selama bertahun-tahun.
Prosesnya merupakan gabungan dari berbagai alasan. Pertama, pelajaran dari
berbagai generasi. Kedua, perjalanan aktivitas pengabdian maupun interaksi
denagn berbagai masyarakat. Ketiga, pengetahuan modern yang dipetik dari dunia akademis
global. Semua proses tersebut, membentuk ide besar gerakan Indoensia Mengajar.
Proses untuk mendesain dan mengembangkan konsep Indonesia Mengajar dimulai pada
akhir 2009. Awalnya hanya tim kecil yang dibentuk, dan selanjutnya berkembang
menjadi organisasi seperti sekarang.
Visi Gerakan
Indonesia Mengajar diinspirasi oleh janji kemerdekaan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Indonesia dipenuhi oleh anak muda yang tulus mangabdi menjadi
guru selama waktu tertentu di daerah, menularkan optimisme, menebar inspirasi,
dan menjadi jendela kemajuan di tingkat akar rumput[7].
Pada saat bersamaan, anak-anak muda itu belajarr untuk peka dan peduli pada
realitas kehidupan bangsa. Kehadiran dan kehidupan anak-anak muda itu di
sekolah, desa, dan keluarga baru mereka di pelosok nusantara diharapkan dapat
merjaut tenun kebangsaan yang lebih kokoh. Harapannya, kelak di Indonesia akan
lahir para pemimpin baru yang memiliki kompetensi kelas dunia yang memahami
persoalan masyarakat di akar rumput. Para pemimpin itu lahir dari anak-anak
muda terbaik di generasinya yang diberi kesempatan untuk hidup, tinggal,
bekerja dan berinteraksi di dunia pendidikan bersama rakyat di segala penjuru,
termasuk di daerah terpencil[8].
C. Konsep Pendidikan
Setelah menjabat
sebagai menteri pendidikan, Anies mengungkapkan bahwa pendidikan di Indonesia
pada hakikatnya berada pada posisi sudah sangat gawat. Ketika dilihat dari
jumlah sekolah, mahasiswa dan sarana pendidikan lainnya sejak era kemerdekaan
tampak meningkat dan berprestasi secara kuantitas. Seiring dengan perihal
tersebut Anies memiliki kekhasan pemikiran diantaranya[9]:
Pertama,
melunasi janji kemerdekaan. Menurut Anies memperoleh kesempatan pendidikan dan
peran global merupakan salah satu janji atas kemerdekaan RI. Karena sifatnya
bukan sebatas cita-cita tetapi lebih dipahami sebagai janji maka sebagian besar
masyarakat Indonesia masih belum terlunasi janji kemerdekaannya. Perihal ini
tampak pada belum meratanya pendidikan diperoleh setiap anak bangsa. Bagi Anies
pelunasan janji itu tidak hanya tanggung jawab konstitusional negara dan
pemerintah melainkan tanggung jawab moral setiap anak bangsa yang telah
mendapat pelunasan janji yakni telah terlindungi, tersejahterakan, dan
tercerdaskan[10].
Untuk melunasi janji kemerdekaan tersebut, maka Anies Baswedan memiliki
beberapa pemikiran dan inisiatif yang is wujudkan dengan beberapa pihak yang
bersama-sama bersedia turun tangan. Selain
aspek pendidikan, salah
satu janji kemerdekaan
yang banyak mendapat perhatian saat ini adalah soal janji
perlindungan untuk setiap warga negara. Hal ini terkait dengan beberapa
tindakan yang mendiskriminasikan minoritas. Menurut Anies Baswedan Republik ini
dirancang untuk melindungi setiap warga negara.la mengilustrasikan Republik ini
sebagai sebuah tenun kebangsaan yang dirajut dari kebhinekaan suku,
adat, agama, keyakinan,
bahasa, geografis yang
sangat unik. Kekerasan atas nama
apapun akan merusak tenun tersebut. Dalam soal perlindungan terhadap warga
negara atas kekerasan yang kerap terjadi menurut Anies Baswedan dilihat sebagai
warga negara menyerang warga negara lainnya, terjadi bukan soal mayoritas lawan
minoritas. Menurutnya negara tidak bisa mengatur perasaan, pikiran, ataupun
keyakinan warga negaranya. Namun, negara sangat bisa mengatur cara mengekspresikannya.
Dialog antar pemikiran setajam apapun boleh, namun begitu berubah jadi
kekerasan maka pelakunya berhadapan dengan negara dan hukum.
Kedua,
pendidikan sebagai eskalator ekonomi. Menurut Anies saat ini pendidikan menjadi eskalator sosial ekonomi
masyarakat Indonesia bahwa naiknya status sosial ekonomi seseorang sangat
ditentukan oleh pendidikan tinggi yang dimilikinya. Akan tetapi karena mahalnya
biaya pendidikan dan terbatasnya jenjang perguruan tinggi berdampak pada tidak
bisa dinaikinya eskalator ini. Atas permasalahan tersebut, Anies Baswedan
menelurkan beberapa inisiatif pendidikan yang menciptakan perubahan positif di
masyarakat.
Diantara beberapa inisiatif Anies adalah sebagai berikut:
1.
Indonesia
Menyala
Program Indonesia
Menyala pertama kali diluncurkan pada 15 April 2011. Program ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan mayoritas masyarakat Indonesia yang masih kekurangan bahan bacaan
yang bermutu. Sehingga perlu membangun perpustakaan-perpustakaan yang
bertempat di wilayah penempatan
pengajar muda. Adapun perpustakaan Indonesia Menyala terdiri dari dua bentuk yakni perpustakaan tetap dan
perpustakaan berputar. Perpustakaan
tetap yaitu perpustakaan yang berisikan buku yang hanya digunakan di
satu sekolah penempatan. Sedangkan, perpustakaan
berputar, berbentuk sebuah tas yang dibawa keliling oleh Pengajar Muda untuk dibaca oleh
masyarakat sekitar. Program Indonesia Menyala
menghilangkan sekat besar akses terhadap bacaan yang terbatas pada masyarakat masyarakat pedesaan di
Indonesia, sehingga semakin meneguhkan
bahwa pendidikan adalah hak yang harus diterima setiap masyarakat[11].
2.
Menciptakan
Kelas Inspirasi
Kelas inspirasi
adalah sebuah program pendidikan dengan mengundang para profesional sukses karena pendidikannya, untuk berbagi
cerita dan pengalaman kerja selama
satu hari. Tujuan program ini tidak lain untuk membekali
peserta didik belajar dari secara langsung dari para profesional sukses serta efek balik dari para profesional
khususnya kelas menengah untuk
memahami realita dan fakta kondisi pendidikan kita. Kelas inspirasi juga tampaknya menjadi agenda
silaturahmi antara sekolah dengan para profesional
kelas menengah. Sehingga diharapkan melalui kegiatan itu mampu mendorong peran aktif kalangan
profesional dalam dunia pendidikan.
3.
Menciptakan
program Indonesia Mengajar.
Program Indonesia
Mengajar pada hakikatnya dilandasi oleh semangat janji kemerdekaan RI sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD
1945 yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa. Karena hingga saat ini masih banyak
masyarakat Indonesia yang belum
menikmati pendidikan yang disebabkan
atas tidak terdistribusinya
pendidik yang tidak merata. Selain
itu, program ini juga bertujuan mengirimkan anak-anak muda terbaik bangsa yang disebut sebagai Pengajar Muda
(PM) untuk mengajar selam.a satu
tahun di Sekolah Dasar di desa-desa terpencil di penjuru negeri. Tak hanya mengajar para PM juga berinteraksi
langsung dengan pemangku kepentingan
di daerah dan
masyarakat. Selanjutnya program-ini
juga bertujuan menciptakan calon pemimpin yang memiliki pemahaman akar rumput dan kompetensi global. Pentingnya program tersebut sejak tahun
Indonesia Mengajar telah memberangkatkan
lebih dari 200 PM ke 17 kabupaten yang tersebar dari barat sampai timur Indonesia[12].
4.
Pemikiran
tentang Kualitas Manusia Indonesia
Menurut Anies garda
terdepan untuk mernperoleh kemenangan bukan ditentukan
oleh Sumber Daya Alam semata. Tetapi kualitas manusia. Ia menggunakan istilah kualitas manusia bukan
kualitas sumber daya manusia.
Hal tersebut dikarenakan manusia Indonesia tidak boleh dipandang semata-mata sebagai sumber daya. Kualitas manusia ini
hanya bisa diraih lewat
pendidikan yang berkualitas. Pendidikan berkualitas itu sebab utamanya bukan karena gedung, buku, kurikulum atau bahasa
yang berkualitas. Untuk
mendorong hal tersebut menurutnya kepemimpinan
yang dibutuhkan adalah kepemimpinan yang menggerakkan
manusia Indonesia. Kepemimpinan yang menginspirasi, bukan mendikte. Kepemimpinan yang bersifat
patron-client tidak lagi cocok
untuk kondisi Indonesia
saat ini. Yang
lebih cocok menurut Anies adalah kepemimpinan yang mampu
membuat orang bergerak, turun tangan
dann berkontribusi untuk menyelesaikan masalah.
5.
Pemahaman Akar
Rumput dan Kompetensi Global
Salah satu janji
kemerdekaan adalah janji berperan dalam tingkat global. Menurut Anies Baswedan dahulu pada saat Sumpah Pemuda misalnya seorang Jawa atau Sunda menjadi Indonesia tanpa
kehilangan Jawa atau Sundanya,
sekarang kesadaran seperti itu
adalah bahwa kita
juga warga dunia. Menurutnya
kesadaran yang saat
ini diperlukan adalah kesadaran melampaui
Indonesia (beyond Indonesia). Kepada para mahasiswa Anies sering mengatakan kompetitor mereka
bukan lagi dari Universitas yang berada
di negeri ini. Kompetitor mahasiswa itu adalah lulusan Melbourne, AS, Tokyo, dan lain-lain yang memiliki
kemampuan bahasa, ilmu pengetahuan, dan
jaringan internasional. Menurutnya yang penting untuk dimiliki saat ini adalah kompetensi yang bersifat global dan
pemahaman akan permasalahan akar
rumput yang nyata terjadi di masyarakat. Istilah y ang kerap ia kemukakan adalah grass roots understanding and
world class compotences[13]
6.
Pendidikan
Antikorupsi
Menurut Anies
budaya anti korupsi
tepat untuk dimulai
,dari dunia pendidikan.
Proses ini dapat dilakukan melalui upaya penanaman nilai anti korupsi oleh guru saat proses belajar
mengajar di sekolah[14]. Melalui
program ini guru sebagai
pengajar bertugas sebagai sumber teladannya. Dengan
keteladanan diharapkan mampu mencerminkan sikap anti korupsi bagi peserta didik. Selain
keteladanan, membangun budaya anti korupsi j uga
bisa dilakukan dengan cara-cara yang inovatif dan kreatif namun tetap menyenangkan.[15]
Selain pemikiran
di atas, terdapat pemikiran pendidikan lain yang lain yang masih hangat dibenak
banyak orang, yakni Anis sebagai menteri Pendidikan dan
Kebudayaan yang baru
melakukan langkah cerdas, salah satunya:
Biarkan kurikulum 2013 berjalan secara lentur, Dalam pengolahan dan
pelaporan hasil evaluasi, sekolah yang memang sudah memiliki perangkat T'I yang
memadai, terapkan kurikulum 2013. Sekolah yang belum memiliki perangkat TI,
pengolahan nilai dan sistem pelaporan bisa menggunakan cara manual, seperti
cara pada KTSP. Kurikulum 2013 secara filosofis pada hakikatnya memiliki
landasan yang kuat. Karena kurikulum 2013 memang dirancang untuk mempersiapkan
generasi emas serta mengantisipasi berkembangnya TI yang telah melanda
masyarakat dan tentu saja melanda dunia pendidikan. Akan tetapi implementasi
kurikulum 2013 ini dilakukan secara tergesa-gesa karena baru diluncurkan
menjelang akhir jabatan Muhammad Nuh. Adapun perangkat TI dan semacamnya
tampaknya belum dipersiapkan kelengkapannya di tiap sekolah. Padahal kurikulum
2013 ini penekanannya pada belajar mandiri dan pemanfaatan TI[16].
D. Kesimpulan
Anies Rasyid
Baswedan Ph.D. Ia lahir di Kuningan, Jawa Barat 7 Mei 1969. Anies Baswedan
merupakan cucu dari AR Baswedan, pejuang pergerakan nasional yang pernah jadi
Menteri Penerangan masa awal kemerdekaan Indonesia. Beliau anak pertama Drs.
Rasyid Baswedan (Dosen Fak Ekonomi UII) dan Prof. Dr. Aliyah Rasyid (Dosen Fak
Ilmu Sosial, UNY). Sebelum menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
Anies Baswedan sudah cukup dikenal oleh masyarakat. Beliau adalah salah satu
tokoh yang sangat peduli terhadap masa depan
republik ini. Melalui buku
berjudul “Merawat Tenun Kebangsaan”, Anies Baswedan telah menuangkan
gagasannya terkait persoalan yang sedang dihadapi republik ini.
Konsep pemikiran
Anies Baswedan dilatarbelakang dari masalah bagaimana caranya agar pendidikan
dapat merata ke pelosok nusantara. Setelah melakukan perenungan maka lahirlah
ide gerakan Indonesia Mengajar. Menurut Anies, pendidikan adalah kunci untuk
meraih perubahan. Pendidikan di Indonesia punya banyak pekerjaan rumah, mulai
dari perbaikan nasib guru, perbiakan kualitas guru, dam perbaikan kualitas
kepemimpinan kepala sekolah. Bagi Anies hal terpenting sebelum itu adalah
memberikan pendidikan berkualitas kepada setiap warga negara Indonesia baik
yang kaya dan miskin, di kota dan desa, pemeluk agama dari suku manapun, serta
yang tinggal di provinsi mana saja tanpa terkecuali. Anies percaya bahwa SDA
bukanlah kekayaan utama Indonesia.
Anies memiliki
kekhasan pemikiran diantaranya :Pertama, melunasi janji kemerdekaan dan kedua,
pendidikan sebagai eskalator ekonomi. Anies Baswedan
menelurkan beberapa inisiatif pendidikan yang menciptakan perubahan positif di
masyarakat. Diantara beberapa inisiatif Anies adalah sebagai berikut:
1.
Indonesia
Menyala
2.
Menciptakan
Kelas Inspirasi
3.
Menciptakan
program Indonesia Mengajar.
4.
Pemikiran
tentang Kualitas Manusia Indonesia
5.
Pemahaman
Akar Rumput dan Kompetensi Global
6.
Pendidikan
Antikorupsi
Daftar Pustaka
Anis Baswedan, Budaya
Anti Korupsi di
Mulai dari Sekolah. www. Republika.co.id.diakses tanggal 10
Mei 2018 pukul 18:45
Aziz, Safrudin.
2015. Pemikiran Pendidikan Islam. Yogjakarta : Kalimedia
Gun, Gun
Heriyanto dan Iding Rosyidin. 2015. 10 Tokoh Transformatif Indonesia. Jakarta :
Penerbit Erlangga
Kompas, 28
Oktober 2009. Kesadaran Melampaui Indonesia
Sumanto,
Edi. Relavansi Pendidikan Islam. Jurnal At-Ta’lim Vol. 15, No. 2, Juli 2016
Tentang
Indonesia Mengajar, http://www.indonesiamengajar.org (diakses tanggal 10 Mei
2018 pukul 17:53
[1]
AFS Intercultural Program, Inc. adalah suatu organisasi non-governmental dan
non-profit berbasis internasional yang menjadi wadah untuk memberikan
kesempatan bagi para siswa yang ingin belajar dan memahami lebih jauh mengenai
perbedaan budaya dengan tujuan untuk menciptakan perdamaian dunia. Melalui organisasi ini, para siswa akan
dikirimkan ke berbagai negara untuk tinggal selama kurang lebih satu tahun
bersama host family dan belajar di sekolah lokal. Tidak hanya itu, para siswa
yang dikirim untuk program ini juga diharapkan dapat mempromosikan budaya serta
nilai-nilai dari negara asalnya. Negara tujuan program AFS ini sangat beragam,
mulai dari Negara-negara di benua Asia, Eropa, hingga Amerika.
[2]
Univesitas yang didirikan oleh almarhum Prof. Dr Nurcholis Majid (Cak Nur).
[3] Suatu
beasiswa dimana merekrut anak-anak
terbaik dari mana saja untuk berkuliah di Universitas Paradima secara gratis
[4]
Serangkaian upaya untuk mempertahankan kekuasaan pimpinan. Cara yang ditempuh
bisa dengan mempertahankan diri sebagai seorang pemimpin atau bisa juga dengan
mempersiapkan kader atau pihak-pihak lainnya yang sejalan dengan tujuan si
pemimpin.
[5] Gun Gun
Heriyanto dan Iding Rosyidin, 10 Tokoh Transformatif Indonesia, hal 8-10
[6] Gun Gun
Heriyanto dan Iding Rosyidin, 10 Tokoh Transformatif Indonesia, hal 12
[7]
Akar rumput (terhitung) (idiomatik) Orang dan masyarakat di tingkat lokal
(paling dasar) tingkat daripada di pusat nasional kegiatan politik Landasan
penting atau sumber sesuatu
[8]
Ibid hal 13
[9] Safrudin
Azis, Pemikiran Pendidikan Islam.....hal 328
[10] Ibid
hal 328
Tentang
Indonesia Menyala
Tentang
Indonesia Menyala
[13] Pemahaman
akar rumput dan kompetensi tingkat dunia
[14] Kompas,
28 Oktober 2009. Kesadaran Melampaui Batas
[15] Anies,
Baswedan, Budaya Anti Korupsi di Mulai dari Sekolah, www. Republika.co.id.
[16] Edi
Sumanto, Relavansi Pendidikan Islam, hal 15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar